Perkuat Ketahanan Pangan, Pupuk Indonesia Alokasikan Rp 30 Miliar Dana Riset

By Admin

Petani Sedang Melakukan Pemupukan (Ilustrasi) 

nusakini.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) mengalokasikan dana riset sekitar Rp 30 miliar pada 2016 untuk memperkuat kontribusinya terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional yang dicanangkan Pemerintah.

"Program-program research and development (R&D) kali ini dilakukan di wilayah Bahatap dan Kahoy, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah," kata Direktur Investasi Pupuk Indonesia Gusrizal dalam siaran persnya, Senin (26/9/2016).

Sejak 2013, menurut Gusrizal, Pupuk Indonesia telah mengembangkan program-program riset guna mendukung ketahanan pangan. Meski, hal tersebut bukan kompentensi perusahaan.

"Namun saat ini Pupuk Indonesia sudah lebih berkompeten dalam mengembangkan ketahanan pangan, melalui anak usaha yang kami bentuk yaitu PT Pupuk Indonesia Pangan. Anak usaha ini sengaja diarahkan ke pangan," ujar Gusrizal.

Program riset yang dikembangkan Pupuk Indonesia, tambah Gusrizal, saat ini berlokasi di sejumlah daerah yakni di Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah), Kabupaten Ketapang (Kalimantan Barat) dan Kabupaten Merauke (Papua). Dengan pembukaan lahan baru ini, juga dapat meningkatkan jumlah Produksi pangan nasional.

Dalam riset tersebut, perseroan, melakukan kegiatan-kegiatan penelitian dan kajian terkait aspek pemupukan, pengelolaan sawah, produktivitas, hingga aspek pemasaran (hilir).

"Riset kami harus betul-betul kuat. Jadi bagaimana mengelola sawah, pemupukan yang tepat di lahan-lahan tertentu seperti lahan-lahan gambut, lahan yang pasang surut, treatment apa yang dilakukan," papar dia.

Dalam melaksanakan program riset ini, lanjut dia, Pupuk Indonesia menerjunkan tim ke daerah yang menjadi lokasi riset dan menggandeng pihak-pihak yang berkompeten, seperti perguruan tinggi yang memiliki penelitian-penelitian, Kementerian Pertanian, hingga korporat yaitu BASF.

"Dana riset yang kami siapkan sekitar Rp 30 miliar untuk tahun ini. Di Merauke misalnya, tugas kami agak besar. Di tahap awal, 400 hektare sawah kami kembangkan, dan kami sudah memikirkan hilirisasinya," tutur Gusrizal.

Sejak dikembangkan pada 2013, lanjut Gusrizal, program riset ini telah menunjukkan progres yang cukup baik, termasuk dari sisi produktivitas yang meningkat dari tahun ke tahun.

"Ada yang sudah memasuki musim tanam keenam, dan produktivitas terus naik. Memang kendala masih ada di beberapa aspek, seperti ketahanan terhadap hama dan kesiapan tanahnya. Kami uji terus, termasuk dari aspek pembiayaan sehingga sawah menjadi ekonomis. Ke depan kami akan banyak kembangkan riset-riset ke hilir, seperti hilir amoniak, urea, dan lainnya," ujar Gusrizal.(p/mk)